Indonesia dan Komunitas Internasional Harus Menekan Filipina

redpassion_large

Sudah sebulan lebih, tujuh WNI dan tiga WNI yang disandera dalam waktu yang berbeda oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina.

Sejalan itu pula pemerintah tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia dan Filipina melalui beberapa pertemuan tingkat tinggi sepakat untuk mengamankan titik-titik rawan di kawasan dari perompakan dan pembajakan.

Namun menurut Anggota Komisi I DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Charles Honoris, sampai detik ini kesepakatan tersebut baru retorika belaka dan belum terjadi pembebasan 10 WNI dari tangan Abu Sayyaf.

Bahkan kini seorang WNI kembali menjadi korban penculikan oleh kelompok yang ditenggarai sebagai bagian dari Abu Sayyaf.

"Ini sudah tidak bisa ditolerir lagi. Kesepakatan antara Indonesia, Malaysia dan Filipina untuk melakukan patroli bersama, intelligence sharing dan bantuan darurat harus segera direalisasikan," tegas Politikus PDI Perjuangan, Senin (8/8/2016).

Hal ini menurutnya perlu untuk mejaminan keamanan di kawasan terhadap ancaman terorisme, perompakan dan perampokan bersenjata.

Pola-pola lain seperti model eyes in the sky atau kerjasama Indonesia, Malaysia dan Singapura di Selat Malaka yang berhasil menekan angka perompakan dalam beberapa tahun terakhir juga bisa ditiru.

Selain itu Indonesia dan komunitas internasional harus menekan Filipina sebagai negara yang sudah 20 tahun lebih telah meratifikasi International Convention Against The Taking Of Hostages untuk berbuat lebih lagi dalam upaya mencegah dan menangani kasus-kasus penculikan dan penyanderaan di wilayah teritorialnya.

Dalam beberapa tahun terakhir tercatat ada ratusan penculikan dan penyanderaan oleh kelompok kriminal yang berbasis di Filipina Selatan.

"Publik tentunya berharap tidak ada lagi keluarga-keluarga lainnya yang harus mengalami musibah seperti keluarga 10 WNI yang disandera Abu Sayaf. Kasus-kasus penyanderaan WNI harus segera berhenti. Cukup sampai disini!" demikian harapan Charles Honoris.

Sebelumnya, Kepolisian telah merilis identitas WNI yang diculik di perairan Kinabatangan, Sabah, Malaysia, Rabu (3/8/2016).

Komisaris Polisi Sabah Abdul Rashid menyebutkan penculikan oleh sekelompok orang bersenjata itu terjadi di sebuah kapal nelayan.

Kapal tersebut mengangkut tiga orang, yang terdiri dari seorang kapten kapal dan dua orang anak buah kapal (ABK).

Kapten kapal diketahui merupakan seorang WNI asal Bulukumba, Sulawesi Selatan, bernama Herman Mango (30), yang menjadi korban penculikan.

Sedangkan, dua ABK tersebut diketahui bernama Aryanto Basrun (22) dan Muhamadin Ratin (26), yang keduanya berkewarganegaraan Malaysia.

Keduanya dibebaskan oleh sekelompok orang bersenjata itu dan melapor kejadian tersebut ke polisi.

"Insiden terjadi pada 3 Agustus, pukul 16.00 waktu setempat, saat orang-orang di kapal nelayan itu sedang menebar jala di laut," kata Rashid.

Sumber : Tribunnews