Kemanusiaan Abdurahman Wahid

redpassion_large

Sebagai sebuah realitas, Gus Dur sebagai tokoh pluralisme tentu tidak ada yang menolak. Semua tokoh nasional maupun internasional sependapat dengan pernyataan ini. Ketokohan Gus Dur dalam perbincangan dunia pluralisme dan multikulturalisme tentu saja tidak terlepas dari peran Beliau di dalam dialog dan praksis relasi antar umat beragama, relasi antar suku, dan etnis di dalam kehidupan masyarakat secara umum.

 

Di dalam relasi beragama, Gus Dur seringkali melepas “baju” agamanya atau “formalisme” agamanya, tetapi tetap berada di dalam dunia keberagamaannya yang substantif. Hal ini bukanlah sebuah penodaan keyakinan atau bahkan melepas keyakinan keberagamaan yang sangat dijunjung tinggi, tetapi sebuah kecintaannnya terhadap dunia kemanusiaan yang memang harus dijaga juga secara maksimal. Yang saya maksud dengan melepas formalisme atau “baju” agama tersebut adalah misalnya Gus Dur keluar masuk ke dalam gereja, Vihara atau bahkan Sinagog dalam kerangka untuk menyambung relasi berbasis kemanusiaan itu.

 

?Gus Dur mengajarkan kepada kita bahwa agama dan kemanusiaan adalah dua hal yang menyatu di dalam diri manusia. Tidak ada yang boleh untuk saling mengalahkan. Atas nama agama kemudian merendahkan kemanusiaan dan atas nama kemanusiaan lalu merendahkan agama. Keduanya adalah sesuatu yang sistemik dan holistik. Beragama yang benar adalah beragama yang menjunjung tinggi derajad kemanusiaan dan berkemanusiaan yang benar adalah yang didasari oleh keyakinan agama yang benar. Jadi, relasi antara agama dan kemanusiaan bukanlah saling menihilkan tetapi saling menguatkan dan mengisi.

 

Kita harus meneladani Gus Dur dalam pandangan dan praksis keberagamaannya yang mengembangkan kehidupan beragama pada dataran relasi agama dan kemanusiaan yang saling meneguhkan dan bukan saling menihilkan.

 

?Ketika dia mati-matian membela orang China, Ahmadiyah, Nasrani, dan orang-orang termarjinalkan lainnya, yang diperjuangkan bukan Chinanya, bukan Ahmadiyahnya, bukan Nasraninya, melainkan manusianya. Jadi lebih tepat dikatakan Gus Dur itu tokoh humanis.